#EDISI JALAN-JALAN
#FAMILY TIME
PROJECT YANG TERTUNDA-TUNDA –
sebuah catatan reflektif
Minggu, 11 Mei 2014
Puncak, Jawa Barat. Kita semua, atau mungkin, hampir
semua dari kita, pasti pernah jalan ke kawasan wisata Puncak, Jawa Barat. Yup!
Puncak yang itu, yang banyak kebon teh, banyak tukang bubur Cianjur ato nasi
timbel lesehan, puncak yang katanya uda ga sedingin dulu lagi. Yah, tapi jangan
salah, kalau dikunjungi sama orang-orang tersayang, tempat wisata ini tetep
bisa jadi istimewa.
Kayak hari ini ni: rencana jalan-jalan ke Puncak sama
Papa-Mama (Pap-Mam) untuk sekedar makan bubur ato makan jagung bakar udah ada
sejak aku masih kuliahan, jomblo, punya pacar, sampe sekarang jomblo lagi tapi
belom pernah kesampean. Alesannya simpel: sibuk, ngiringin orgen di gereja,
males, udah kesiangan jalan, macet, harpitnas, ogah ah, dsb, dsb. Nah Nah,
ceritanya hari ini, tanpa disengaja, aku sm mama uda ke gereja hari Sabtunya, papa ke gereja Minggu
pagi. Tugas wedding udah beres, tinggal nyelesein partitur temen. Singkat
cerita, papaku iseng ngajak jalan ke Puncak, cari makan siang (padahal uda jam
11an, udah agk kesiangan sih mau jalan jauh2) tp aku yg nyetir mobil krn papa
capek katanya. Hmm okelah, kami jadi jalan. Setidaknya, rencana yg sebenernya
pending bertahun-tahun ini akhirnya bakal kesampean ni. Sampe di sana, ya kami
makan siang, makan jagung bakar dan pastinya foto-foto. Walaupun sederhana,
this made me so happy.
Dari event ini, aku jadi kepikiran hal ini: berharga
sekali ya waktu yang bisa kita nikmati bersama keluarga kita, alias family
time. Berharga sekali waktu yang bisa dinikmati sama para rangers (sebutan utk
sahabat2 semasa kuliah yang makin ke sini makin syusaaaah ketemu #eits curhat).
Apakah di
antara teman-teman ada yang punya pengalaman yang tidak menyenangkan dengan
keluarga? Atau sahabat? Atau pacar? Atau
tetangga? Berapa banyak waktu yang habis bersama mereka yang diisi dengan
kekesalanmu karena mereka mungkin pernah menyakitimu padahal quality time
dengan mereka sangat premium dan sulit didapat? Sharingku dgn beberapa
sahabat-sahabatku di gereja tentang pertanyaan tersebut menghasilkan kesimpulan
sederhana bahwa semua orang punya pengalaman yang tidak menyenangkan dengan
anggota keluarganya atau dengan orang-orang terdekatnya. Let’s say: berantem sama kakak/adek, berantem sama ortu,
diusir dari geng, diselingkuhin pacar, ditusuk sahabat sendiri pake pisau terus
ditabur garem di atas lukanya... perih bgt (haha ini istilah dr temenku), rebutan
warisan, rebutan arisan, kabur/diusir dari rumah, orangtuanya berantem, dan
pengalaman-pengalaman nggak enak lainnya. Aku pun punya pengalaman-pengalaman
semacam itu. Lalu pertanyaan selanjutnya, benarkah bahwa orang-orang yang
berpotensial membuatmu sakit hati adalah justru orang-orang terdekatmu sendiri?
Lantas kalau mereka membuatmu sakit hati, apa yang kamu lakukan? Menjauhi mereka?
Menghindar? Melawan?
Aku sih mungkin pernah mencoba semuanya ya, ya intinya
menjauhi hal-hal yang tidak menyenangkan itu lah... mencoba melawan ya pernah juga, tapi tidak
berhasil,dan sebisa mungkin membuat diri sendiri nyaman. Tapi kok setelah
mencoba meng-counter semua stimulus
negatif itu, aku justru merasa ngga nyaman dengan diriku sendiri. Rasanya makin
sakit karena ngerasa gagal dan ngga bisa mengubah apa pun dari orang-orang itu.
Dan proses pun berjalan... aku masih ingat nasehat
seorang pastor mengenai hal itu, “kita tidak bisa menampik bahwahal-hal buruk
dan tidak menyenangkan selalu ada di dunia ini, tapi, cobalah untuk berkompromi
dengan hal-hal itu. Tidak perlu menyetujui sesuatu yang salah, tapi kita perlu
sadar bahwa hal buruk itu selalu ada dan kita tidak bisa mengubahnya. Dari pada
kita mengutuki kegelapan, lebih baik kita menyalakan lilin dalam kegelapan itu.
Apa maksudnya? Maklumilah bahwa di dunia ini akan selalu ada yang baik dan yang
buruk. Jika kita tidak bisa mengubah dunia, bagaimana kalau kita mulai dari
diri sendiri dahulu”.
Okei, selain itu, di sebuah gathering (lupa gathering
apa), ada disampaikan ayat berikut, “Karena itu, Aku berkata kepadamu: apa saja
yang kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal
itu akan diberikan kepadamu. Dan jika kamu berdiri untuk berdoa, ampunilah
dahulu sekiranya barang sesuatu dalam hatimu terhadap seseorang, supaya Bapamu
yang di sorga mengampuni kesalahan-kesalahanmu. Tetapi jika kamu tidak
mengampuni, maka Bapamu yang di sorga juga tidak akan mengampuni kesalahanmu.” –
Markus 11:24-26.
Memang, susah sekali memaafkan, atau menerima hal
jelek yang dilakukan orang kepada kira. Susah. Dan mungkin ada pula yang sudah
memaafkan, tapi orang itu tidak juga berubah. Menerima? Owh itu paling susah
juga. Melupakan? Tidak akan pernah kita bisa melupakan kalau kita belum bisa
menerima dan memaafkan. Jadi? Susah, semua itu proses (like we all know, that
everything is about proccess), dan patut kita usahakan. Toh orang-orang
terdekat itu lah yang juga menyiramimu dengan banyak kesenangan, kasih, tempat
dimana kita bisa berhuwe-huwe (Contoh: “Ncom...HUWEEEE .. XD), minta saran dan bantuan, dan sebagainya.
Jadi, jgn pernah gengsi untuk bilang Mom, Dad, guys, dear, girls, Love ya! ^^
#they are so precious, of course!